Nilai Siri' dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
by: Abdul Waqif, S.Pd
Kepala sekolah adalah pemimpin satuan pendidikan yang
bertugas menghimpun, memanfaatkan, mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber
daya manusia, sumber daya lingkungan (sarana dan prasarana) serta sumber dana
yang ada untuk membina sekolah dan masyarakat sekolah yang dikelolanya. Dalam
kata lain, kepala sekolah merupakan top
leader di sekolah. Kebijakan-kebijakan yang diambilnya akan bisa
berpengaruh kepada maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya.
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin unit
pendidikan sangat urgen, sebab lembaga sebagai alat mencapai tujuan organisasi
di mana di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan, serta lembaga
pendidikan yang menjadi tempat untuk membina dan mengembangkan karir-karir sumber
daya manusia, memerlukan manajer yang mampu untuk merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi/ mengendalikan agar lembaga
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sebagaimana dikemukakan Terry
(1973:4) dalam Syafaruddin (2005:60) bahwa di dalam aktivitas manajemen ada
empat fungsi yang dijalankan oleh seorang manajer atau pemimpin, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Senada dengan itu, dalam rangka
mencapai tujuan organisasional sekolah, kepala sekolah pada dasarnya mempunyai
tugas dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang ada dan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah (Soetopo.1984: 14).
Kepala sekolah sebagai pemimpin unit pendidikan harus mampu
mewujudkan perilakunya dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang
didukungan dengan kompetensi manajerial, sebagaimana diamanatkan Permendiknas.
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, bahwa kompetensi
manajerial kepala sekolah terdiri dari enam belas komponen yang meliputi: (1)
Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan. (2) Mengembangkan
organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan. (3) Memimpin sekolah dalam rangka
mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal. (4) Mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang efektif. (5)
Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik. (6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan
sumber daya manusia secara optimal. (7) Mengelola sarana dan prasarana. (8)
Mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat. (9) Mengelola peserta didik dalam
rangka penerimaan peserta didik baru dan penempatan pengembangan kpasitas
peserta didik. (10) Mengelola pengembangan kurikulum sesuai dengan arah tujuan
pendidikan nasional. (11) Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan pengelolaan
yang akuntabel, transparan, dan efisien. (12) Mengelola ketatausahaan sekolah
dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah. (13) Mengelola layanan unit khusus
sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah. (14) Mengelola informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program
dan pengambilan keputusan. (15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah. (16) Melakukan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur
yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
Dalam menjalankan fungsi dan kompetensi manajerial tersebut,
kepala sekolah sebagai individu merupakan faktor utama yang mendukung
berlangsungnya organisasi sekolah secara efektif dan efisien. Kepala sekolah
sebagai individu dalam organisasi memiliki perilaku yang berbeda dari
individu-individu lain yang berada dalam organisasi, perbedaan itu disebabkan
karena faktor kemampuan, kebutuhan, pengharapan, dan lingkungan, (Toha, 2007:
46). Perilaku kepala sekolah dalam organisasi pendidikan juga ditentukan oleh
sekurang-kurangnya empat elemen kunci, yaitu: harapan birokrasi, norma dan
nilai informal, kebutuhan dan motif individu, dan tujuan organisasi (Hoy &
Miskel, 1987 dalam Arismunandar, 2008:6-9).
Tindakan-tindakan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah
sebagai pemimpin unit pendidikan merupakan perilaku kepemimpinan, artinya bahwa sebagai pemimpin, seorang kepala sekolah bertindak dengan mengaplikasikan berbagai jenis
ataupun kategori perilaku dalam menghadapi berbagai tuntutan dan kendala stuasi
dalam proses manajemen yang dilakoninya, di mana berbagai jenis perilaku
tersebut ditujukan untuk efisiensi tugas, hubungan manusia, dan perubahan
adaptif. Sebagaimana diuraikan oleh Yulk (2010:79-80), bahwa perilaku spesifik kepemimpinan atau
manajerial melibatkan campuran dari tiga perhatian dan tujuan, yakni perilaku
berorientasi tugas, hubungan, dan perubahan.
Selain itu perilaku individu dalam organisasi sangat
berkaitan erat dengan sistem nilai yang dianutnya, Sistem nilai pribadi,
sebagian besar mempengaruhi konsep seseorang tentang apa yang merupakan perilaku
etikal dan apa yang bukan merupakan perilaku etikal. Sebuah sistem nilai
pribadi dapat dianggap sebagai kerangka dasar perseptual yang relatif menetap,
yang membentuk dan memengaruhi sifat umum perilaku individu tertentu (England
dalam Winardi. 2009:10). Nilai-nilai pribadi itu penting, bukan saja sebagai
determinan keputusan-keputusan seseorang, tetapi juga sebagai determinan
sasaran-sasaran dan strategi perusahaan. Menurut Winardi, (2009: 17) bahwa,
perbedaan dalam nilai-nilai pribadi, merupakan penyebab sebagian besar konflik
yang muncul dalam organisasi. Nilai merupakan kualitas dari suatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan
manusia, nilai dijadikan landasan, alasan, ataupun motivasi dalam bersikap dan
bertingkah laku baik disadari maupun tidak disadari. Nilai berkaitan erat
dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan internal
seseorang (Budiyono. 2007:75).
Siri’ dalam kehidupan orang bugis
merupakan nilai yang dijunjung tinggi. Siri’
adalah satu nilai hidup yang menjunjung tinggi harga diri manusia, Siri’ telah
bersemi dalam jiwa masyarakat bahwa tujuan hidup adalah manusia susila
(bermartabat) dengan nilai kehormatan diri yang tinggi (Punagi, 1985: 6-7 dalam
Samad, 2000: 27). Siri’ sebagi satu nilai
tidak hanya menekankan unsur kewajiban manusia mengontrol perilakunya terhadap
orang lain tetapi menjadi panduan manusia untuk mengabdi pada kebajikan. Disini
terkandung makna nilai kejujuran, kesetiaan, dan rendah hati terhadap sesame manusia
(Abdullah, 1990: 16). Siri’ sebagai
satu nilai mengandung unsur nilai kejujuran (lempu’), kecendekiaan (acca),
kepatutan (sitinaja), keteguhan (getteng), usaha (reso) (Rahim, 1985: 144-168).
Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin unit pendidikan,
dalam mengaplikasikan fungsi manajerial yang ditunjukkan melalui perilaku kepemimpinan di sekolah, baik perilaku yang berorientasi tugas, berorientasi
hubungan, dan berorientasi perubahan tidak terlepas dengan sistem nilai pribadi
yang dimilikinya, baik nilai-nilai yang diintensi maupun yang diadopsi dari
lingkungannya akan mendeterminasi persepsi ataupun tindakannya dalam
menjalankan tugas dan fungsi-fungsi manajerial sebagai kepala sekolah. Seorang
kepala sekolah yang dilahirkan, dididik, dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga bugis yang menjunjung tinggi nilai Siri’, maka diyakini pada dirinya
terinternalisasi unsur nilai kejujuran (lempu’), kecendekiaan (acca), kepatutan (sitinaja), keteguhan (getteng),
usaha (reso) yang menjadi
alasan, landasan, norma, ataupun motivasi dan mampu mendeterminasi persepsi
ataupun perilakunya dalam menjalankan tugas dan fungsi-fungsi manajerial
sebagai kepala sekolah.
Implementasi perilaku kepemimpinan kepala sekolah, baik
perilaku yang berorientasi tugas, berorientasi hubungan, dan berorientasi
perubahan dilakukan berdasarkan pertimbangan ataupun alasan adanya harapan
birokrasi, norma dan nilai informal, kebutuhan dan motif individu, dan tujuan
organisasi. Implementasi perilaku manajerial kepala sekolah dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, baik yang bersifat pengembangan sumber
daya manusia (individu) maupun pengembangan sumber daya organisasi lainnya.
Dimana dalam proses pengimplementasian perilaku kepemimpinan tersebut melibatkan
unsur nilai yang terinternalisasi pada dirinya.